Rabu, 30 November 2016

Dear, R

Truly, it’s not the first time in my life I pray for someone who I consider as my special one. But, it is the hardest. I’m at a stage in my life where I don’t wanna look for someone anymore. I’m tired of dealing with the journey of finding someone but I’m also tired of dealing with my loneliness. I’m in doubt. Is it normal? We all doubt ourselves, don’t we?

Time passes and people change. Things change. Feelings change. But memories, they stay the same. I can’t imagine how I’ll be if “we” change nor one of us changes. Isn’t it sad when people don’t consider you as an important part of their lives like it used to?

I know it’s selfish to feel that your special one is leaving you because he/she pursues his/her dreams, because he/she wanna make his/her dreams come true. Is it normal to feel this way? I’m stressed to the point that I want to cry. Even I know that this time will come. Even I’ve prepared it all this time. Still, I’m not well-prepared. I’m not ready for letting you go.

Forgive me. Forgive my ego. Forgive my insecurities of losing you. Forgive my randomness and everything that I had done. Frankly, I get irritated by my insecurities of losing you in my life. Please, do forgive my insecurities. I’m awfully terrified you’ll find someone better than me. Someone who can complete you. How pathetic I am.

I know you were always be there for me. I know you are always be there for me. And I hope, you’ll always be there for me.

Dear, you…
Thank you for being you.
Dear, you…
I think, I love you.
Dear, what do I know about love anyway?

Sabtu, 26 November 2016

Seiring Waktu

Wajar jika semua memudar
Apalagi ketika yang terjadi tak cukup memberi arti
Jika kau dilanda kebosanan
Aku bersedia tuk kau lupakan

Sabtu, 20 Agustus 2016

Rindu




Untuk kamu yang ku cinta dengan terlalu,
aku masih rindu

Kamis, 19 November 2015

Tired

I get to a certain point where I get tired of helping people. Don't come asking for help if all you really want is a pity&attention party. I am tired of dealing with irresponsible people who come asking help and while I do a help she/he just start complaining on my help. If you just complain on my help, why you asked me before? If you are not sure with my capability why you asked me?

Rabu, 18 November 2015

Laziness

I am not sure who else is experiencing what I am, but my friend is lazy and I hate it. Her mother asked me to cheer her up. She asked me to supervise her daughter completing her bachelor degree. I wonder why she asked me. I didn't even know I had the capability. Then, she started telling me about my friend. She complained about her learning behavior, complained about her 'laziness'. Complained about everything. They argued all the time. She told me that my friend ignored her advices, wasted all of her time in game, manga, anime, selfie photos, and all of things which she named as useless things. It reminds me of my ex. Like my friend's mother, I had to deal with his unwillingness and laziness to complete his academic degree. I persuaded, I forced, but there was no result.

Now, what should I do?
I've tried my best efforts: accompanying her to campus, typing thesis script for her, finding proper research model and material. Unfortunately, she resisted. I'm too tired of dealing with people who don't care with him/herself. I'm too tired of people who don't care with his/her own future. Why should I continue to care about her future when she keep her bad attitudes and laziness? Although I love her as my friend, her laziness is really starting to piss me off to the point I don't want to be tolerant anymore. I can sympathize with her confuseness of facing her problem, but she isn't the only one who has problem. I can sympathize her wanting to relax, to watch anime, to do all her hobbies. I do accept these. But not laziness. Not doing hobbies all the time. She says that her hobbies distress her, but I think it is so much that it is hurting her more than helping her. She has no motivation for anything.

Laziness, no effort, miserable attitude. What's else?

Rabu, 11 November 2015

Forgetting You

I am trying to not depend on others, especially you. I am trying to forget all of your promises. I had fully expected those promises would be kept, but they weren't, none of them. The more I expexted, the worse things I got.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Trust Me


Me:Trust me, when there is no trust, there is no love.
Man: What do you mean by asking me to trust you?
Me: It is obvious, isn't it?
Man: I didn't get your point. Explain me about trust, about love.
Me: *sigh*
Man: *laugh* I do understand. No need to ask me.
Me: Eh?
Man: I trust you.
Me: So?
Man: It means I love you.
Me: *smile*
Man: *smile*

Jumat, 30 Oktober 2015

Forget the celebration!


Finally, I am officially completed my master degree. It has been 2 years and 11 months. Under my expectation, but its okay. I've tried finishing on schedule, unfortunately I can't. Remember when I was just starting and I was all nervous about not being smart enough. Unfortunately, I didn't attend the graduation ceremony. Yeah, I think completing my degree is more than enough. I'm not into celebrating my graduation. Forget the celebration. Let me celebrate in my own way. I know that I'll celebrate someway. Just that I didn't walk my graduation ceremony.

Senin, 05 Oktober 2015

You Aren't The One



Dulu aku sempat berpikir kamu satu-satunya. Kamu memang keajaiban yang hampir sempurna. Mengenalmu membuatku merasakan banyak hal. Senang, sedih, kecewa, menyesal. Kampu pernah menjadi alasan untukku tersenyum, tertawa, termangu, melongo, takjub, dan banyak hal-hal gila lainnya. Kamu juga yang mengajarkanku menerima, bersyukur, menikmati hidup. Kalau kebanyakan orang akan memilih seseorang yang selalu menjadi alasannya tersenyum, aku memilih sebaliknya. Aku memilih seseorang yang membuatku bisa merasakan semuanya dalam satu paket. Lagipula, bukankah bahagia itu berawal dari diri kita? Bukan lingkungan, bukan orang lain, pasangan hidup sekalipun. Tapi nyatanya pilihanku hanya berarti sebagai pilihan. Tidak lebih. Kau tidak kunjung peduli sekalipun menyadari.

Kini, aku belajar melepasmu pergi. Masih belajar dan entah kapan lulusnya. Lagipula, sekalipun menikmati kebersamaan kita selama ini, aku masih saja mencari-cari. Ya, sepertinya kau memang bukan tempatku untuk berhenti.

Rabu, 01 Juli 2015

Terima Kasih































Terima kasih untuk semua ingatan tentang saya yang Tuhan lintaskan di pikiran kalian.
Terima kasih untuk ada dalam hidup saya.
Terima kasih untuk semua pelajaran.
Terima kasih untuk senantiasa membersamai saya.
Terima kasih untuk kebersamaan dalam cinta dan doa.
Saya sayang kalian.

Minggu, 28 Juni 2015

Episode Mengulang Tahun: Selamat Berakselerasi, Saya!!!



27 Juni.
Kemarin saya berulang tahun. Bagi banyak orang, ulang tahun adalah momen paling menyenangkan karena akan banyak orang yang akan mengucapkan bahkan memberi hadiah. Tapi bagi saya, momen ulang tahun dari tahun ke tahun adalah hal yang biasa saja dan sama saja. Momen ulang tahun bukanlah momen yang wah bagi keluarga saya. Meski demikian, saya tidak pernah merasa sedih atau apa, karena momen ulang tahun bagi saya adalah momen yang biasa saja dan sama saja. Semua berjalan begitu-begitu saja, terlalu biasa malahan. Karenanya saya seringkali heran, mengapa hal semacam ini mesti diulang dan diperingati tiap kurun waktu.
Ketika kecil, saya sering menghadiri momen ulang tahun, tapi sedikit pun saya tidak memiliki keinginan untuk merayakan ulang tahun pada masa kecil. Entahlah, mungkin karena merasa malu atau minder. Hingga dewasa, saya belum pernah sekalipun merayakan ulang tahun saya, karena saya masih merasa, ulang tahun itu adalah hal biasa dan sama saja. 
Kembali ke perayaan ulang tahun. Sejujurnya semenjak adanya media sosial, saya jadi bisa mengenal apa itu ucapan ulang tahun. Tapi tetap saja, rasanya momen ulang tahun itu adalah momen yang biasa. Mungkin melalui fac*book, momen ulang tahun bisa menjadi wadah bertukar doa. Saya bahkan lupa, pernah atau tidak di dunia nyata teman saya mengucap selamat ulang tahun kepada saya, bersalaman langsung, mengucap dengan tulus. Sepertinya, sih pernah. Sekali, pas ada perkuliahan di kampus,  saya mendapat ucapan selamat ulang tahun dan rengekan untuk makan-makan. Karena saya orangnya bokekan atau mempunyai uang pas-pasan, maka saya mengabaikan racauan mereka. Terlebih bagi saya momen ulang tahun itu bukanlah momen yang luar biasa atau pun khusus, karena itu hanya momen tahunan mengingat usia yang semakin bertambah. Tapi sejujurnya, ternyata mendapatkan ucapan selamat ulang tahun itu menyenangkan, terlebih ucapan itu tulus. Serius.
Di ulang tahun saya yang ke dua puluh lima ini, saya baru menyadari bahwa saya tidak pernah benar-benar dewasa. Sebaliknya, saya kian menua. Dan sepertinya sudah saatnya saya hidup realistis, bukan hanya hidup dengan gelimang mimpi anak-anak muda. Kadang saya menyesal saat menyadari usia saya sudah menginjak usia seperembat abad. Harusnya selepas sekolah menengah, saya sudah merintis meraih apa yang saya inginkan, bukan hanya menghambur-hamburkan waktu demi hal yang sepele dan tidak jelas. Sekarang ketika saya ingin meraih mimpi-mimpi saya, saya berpikir, ini harus diraih sembari membuka mata untuk hidup yang lebih realistis lagi. Saya seperti orang bodoh yang menjalani bualan dengan kemanjaan yang terus bergelayut. 
Saya harus bangun dari bualan-bualan ini. Hal yang memacu saya untuk hidup realistis adalah, saya menyadari bahwa saya mulai merasa kesepian. Saya mulai menelisik orang-orang di lingkaran saya. Mereka ada, sayangnya begitu jauh. Perantauan membuat jarak yang begitu nyata, bahkan teknologi pun tak mampu mengentaskannya. Sejujurnya, saya begitu merindukan mereka. Namun, akankah mereka merindukan saya juga? Ada banyak relasi disini, ada begitu banyak hubungan yang terjalin, namun sayangnya belum ada keterikatan hati. Sekian lama perantauan, tetap saja semua yang disini masih terasa asing.
Saya harus bangun dari bualan-bualan ini. Hal yang memacu saya untuk hidup realistis adalah, saya menyadari bahwa saya mulai merasa kesepian. Selama ini saya terlalu egois dengan meninggalkan begitu banyak orang-orang yang saya sayangi. Kini saatnya saya memacu diri, saya mesti menuntaskan apa yang dulu saya awali untuk kemudian pulang. Pulang ke kehidupan mereka. Pulang untuk kembali menguatkan. Ya, rindu dan kesepian ini bilang: saya harus pulang. Secepatnya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons